Senin, 18 Maret 2013

Selamatkan Lumba-Luma



Aktivis Pakai Rompi Antipeluru

Melindungi lumba-lumba adalah sebuah kewajiban karena hewan mamalia laut tersebut tidak seharusnya berada dalam pertunjukan. Namun, tidak mudah untuk melindunginya dari perburuan dan memerlukan biaya besar.

Perlindungan lumba-lumba tidak mudah bukan hanya karena memerlukan biaya besar, juga ancaman terhadap para aktivisnya. Seperti yang dialami Richard O'Barry, aktivis perlindungan lumba-lumba dari Amerika Serikat. Sebelumnya, Richard adalah pelatih lumba-lumba untuk serial televisi populer, Flipper. Namun, akhirnya dia berhenti dan mulai menyuarakan pentingnya perlindungan terhadap lumba-lumba dari pertunjukan dan hiburan.
Sayangnya usaha Richard, bintang film peraih Oscar ‘The Cove’, mendapat ancaman dan tekanan dari berbagai pihak. "Sejak menjadi aktivis perlindungan lumba-lumba, saya mendapat banyak ancaman. Bahkan, saya harus mengenakan rompi antipeluru setiap waktu,” katanya saat diskusi "Wildlife Protection: Dolphin" di @america, Jakarta, baru-baru ini.
Ancaman bukan hanya datang dari pengusaha pertunjukan lumba-lumba, juga industri yang menjual daging dan sirip hewan ini. "Sirip lumba-lumba harganya sangat mahal, bisa sampai 100 ribu dolar Amerika Serikat. Tak heran, mereka marah dengan usaha saya," tutur Richard.
Hal sama juga dialami para aktivis dari Jakarta Animal Aid Network (JAAN). Mereka juga kerap mendapat tekanan saat mencoba menyelamatkan hewan liar, tak hanya lumba-lumba. "Ini konyol sekali. Hanya untuk menyelamatkan lumba-lumba saja kami harus mengenakan rompi antipeluru?," tukas Kata Femke den Haas dari JAAN.

Didukung Pemerintah
Langkah untuk menyelamatkan dan mengembalikan lumba-lumba ke habitatnya, akhirnya mendapat dukungan dari pemerintah. Terutama dari sirkus keliling dan pemeliharaan ilegal oleh sejumlah hotel & restoran. Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengaku baru menyadari adanya MoU antara Jakarta Animal Aid Network (JAAN) dengan Kementerian Kehutanan (Kemenhut).
MoU itu berdasarkan UU Nomor 5 tahun 1990 tentang Keanekaragaman Hayati itu bertujuan untuk melindungi, merehabilitasi dan melepas lumba-lumba yang ditangkap dan dipelihara secara ilegal di Indonesia. Kemenhut juga baru tahu bahwa atas dasar MoU tersebut, pusat rehabilitasi permanen pertama di dunia telah dibangun oleh JAAN di Kemujan, Karimun Jawa, tempat di mana banyak terjadi penangkapan ilegal Lumba-Lumba.
Pusat rehabilitasi ini tidak pernah dipergunakan sejak dibangun dua tahun lalu, tanpa alasan dari Kemenhut. Namun, Zulkifli bersedia belajar lebih banyak tentang isu ini dan bersedia bekerja sama untuk mengakhiri perdagangan dan kekejaman pada lumba-lumba. Dia akan mulai dengan penyelidikan resmi pemeliharaan lumba-lumba ilegal di sebuah restoran di Bali yang dibeli dari Wersut Seguni Indonesia, salah satu operator sirkus keliling.

Sirkus Lumba-luma
Indonesia merupakan tempat terakhir di dunia yang memiliki sirkus lumba keliling. Itu salahsatu alasan mengapa Coki ‘Netral’ membuat petisi pada situs Change.org di www.change.org/stopsirkuslumba. Menurut Direktur Kampanye Change.org Indonesia, Usman Hamid, petisi ini merupakan petisi paling populer dengan hampir 100.000 tanda tangan dari dalam dan luar negeri. Petisi ini berhasil membangun kesadaran masyarakat dan mendapatkan komitmen dari perusahaan seperti Hero, Giant, Lottemart, Coca-Cola untuk menghentikan dukungan kepada sirkus lumba keliling.
Eksploitasi lumba-lumba yang dibawa dalam sirkus keliling dinilai sebagai salah satu penyebab kesengsaraan hewan mamalia laut itu. Sumber lumba-lumba tersebut sudah ditemukan, namun sulit untuk mengembalikannya ke alam liar. Beberapa waktu lalu, sebuah sirkus keliling di daerah Bekasi, Jawa Barat, menjadi bahan pembicaraan. Sirkus ini mempertunjukkan lumba-lumba, yang seharusnya berada di alam liar.
"Ada yang mengabarkan kami tentang sirkus di Bekasi tersebut, kemudian kami datang melihatnya dan sangat terkejut," kata Femke den Haas dari Jakarta Animal Aid Network (JAAN), saat diskusi "Wildlife Protection: Dolphins" di @america, Jakarta, baru-baru ini.
Sirkus tersebut membawa lumba-lumba di dalam akurium berukuran sempit, hanya sedikit lebih besar daripada ukuran satwa cerdas tersebut. "Ini berbahaya sekali. Selain stres, lumba-lumba tersebut juga bisa keracunan air klorin yang ada di akuarium tersebut," ujar Femke.
Femke dan JAAN kemudian menyelidiki asal lumba-lumba tersebut. Hasil penelusuranya membawa mereka ke sebuah desa nelayan di Jawa Tengah. "Lumba-lumba ini diambil dari laut dekat desa nelayan tersebut, kemudian dijual ke pengusaha sirkus," jelasnya. Sayang, Femke tak menyebutkan nama desa itu.
JAAN pun berusaha mengembalikan lumba-lumba yang ditangkap tersebut, namun lagi-lagi terhalang kendala biaya. "Butuh komitmen pemerintah dan juga masyarakat untuk memberantas sirkus seperti ini," pungkasnya. O ato (berbagai sumber)

Tempat Melihat Lumba-lumba

Siapa tidak ingin berenang dengan lumba-lumba? Mamalia laut ini terkenal ramah dengan manusia. Anda pun bisa melihat langsung kemolekan tubuhnya ketika melompat keluar dari laut, di 3 tempat ini. Inilah tiga tempat yang bisa melihat lumba-limba di Indonesia.

Pantai Lovina, Bali
Pantai Lovina di Bali adalah salah satu lokasi untuk bertemu lumba-lumba. Banyak wisatawan yang sengaja datang sejak pagi untuk melihat lompatan-lompatan cantik dari mamalia air ini. Jika ingin melihat lumba-lumba, pelancong harus sudah bersiap-siap menaiki jukung sejak pukul 05.30 Wita. Nantinya, jukung tersebut akan membawa Anda ke tengah laut, tempat berkumpulnya lumba-lumba.
Ada sekitar 500-1.000 ekor lumba-lumba berkeliaran di sekitar laut lepas Pantai Lovina. Seakan tahu sudah dinantikan banyak orang, mereka akan dengan agresif berenang dan memamerkan keindahan tubuhnya di tengah laut. Tak hanya lumba-lumba, alam bawah laut Pantai Lovina juga menarik untuk dinikmati. Jika beruntung, lumba-lumba ini akan dengan setia menemani kegiatan renang atau snorkeling Anda.

Teluk Kiluan, Lampung
Tak hanya Bali, Lampung juga punya spot untuk melihat lumba-lumba. Adalah Teluk Kiluan, nama tempat yang akan mempertemukan Anda dengan mamalia air ini. Teluk Kiluan berada di Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus. Jaraknya hanya sekitar 80 Km dari Bandar Lampung, atau sekitar 60 Km dari Kota Agung, ibukota Kabupaten Tanggamus.
Bisa dibilang, tempat ini adalah salah satu habitat lumba-lumba. Di sini wisatawan bisa bertemu dan mengambil gambar lumba-lumba. Bila berani dan punya lisensi diving, Anda bisa ikut berenang dan menari bersama lumba-lumba di Teluk Kiluan.
Teluk Kiluan memiliki beberapa jenis spesies lumba-lumba. Dua diantaranya adalah lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncatus) dan lumba-lumba paruh panjang (Stenella longirostris).
Lumba-lumba hidung botol memiliki badan yang lebih besar dan pemalu. Sedangkan lumba-lumba paruh panjang memiliki tubuh lebih kecil dan senang melompat. Tapi sebaiknya wisatawan datang pagi-pagi jika ingin melihat atraksi lucu dari lumba-lumba ini. Ini karena kebanyakan dari mereka muncul

Siladen, Sulawesi Utara
Satu lagi tempat yang akan mempertemukan Anda dengan lumba-lumba, yaitu Pulau Siladen di Sulawesi Utara. Siladen adalah satu dari lima pulau di kawasan Taman Nasional Bunakan, tepatnya di timur laut Pulau Bunaken.
Biasanya, turis datang untuk melihat keindahan alam bawah lautnya. Nyatanya, pelancong yagn datang hanya disuguhkan dengan keindahan alam bawah laut yang cantik. Jika beruntung, Anda juga bisa melihat lumba-lumba yang asyik berenang di sana.
Lumba-lumba biasanya akan muncul ketika melihat ada kapal yang berlayar di perairan Siladen. Mereka akan mengerubungi kapal, seolah ingin mengiringi sepanjang perjalanan. Tak hanya satu, akan ada 30-40 lumba-lumba yang menemani perjalanan Anda. O tim


Nadine Chandrawinata
Prihatin Lumba-Lumba

Mantan Puteri Indonesia 2005 yang juga aktris dan aktivis pecinta lingkungan dan binatang, Nadine Chandrawinata, sangat prihatin dengan eksploitasi lumba-lumba oleh sirkus keliling. Petisi selamatkan lumba-lumba pun  diluncurkan Nadine bersama Jakarta Animal Aid Network (JAAN) dan Change.org. Mereka merilis sebuah sebuah video petisi lumba-lumba yang bisa diakses di Youtube. Pada video tersebut dijelaskan bagaimana pemeliharaan lumba-lumba yang tidak semestinya oleh orang-orang di sirkus-sirkus lumba-lumba keliling. Lumba-lumba dibiarkan kelaparan dan diperdengarkan musik yang sangta keras yang membuat mereka stress.
Nadine bersama Choki Netral selaku pemrakarsa petisi ini menyampaikan sudah terkumpul kurang lebih 90.000 dukungan untuk petisi menyelamatkan lumba-lumba dari sirkus-sirkus keliling. Salah satu dukungan yang baru saja mereka dapat yaitu dari Lottemart yang melalui surat resminya menyatakan mendukung petisi ini dengan tidak lagi menyediakan lahan untuk sirkus-sirkus lumba-lumba keliling.
“Lumba-lumba diperlakukan tidak semestinya. Mereka bisa melakukan 5-6 kali show dalam sehari. Selain itu ketika membawa dari satu kota ke kota lain, mereka lebih banyak menggunakan transportasi darat, jarang sekali menggunakan transportasi udara. Dan mereka tidak didampingi oleh dokter hewan,” jelasnya.
Nadine memang tidak satu-satunya artis yang terlibat. Selain Choki, juga ada presenter Riyanni Djangkaru yang mendukung petisi ini. Juga ikut Melanie Subono, dan Kaka Slank, serta lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang fokus terhadap kelangsungan hidup lumba-lumba menggalang petisi untuk menghentikan praktek sirkus keliling yang mempertontonkan lumba-lumba.
“Saya berharap dengan adanya petisi ini masyarakat lebih pintar memilih gaya hidup dan hiburan buat keluarganya. Kita sebagai masyarakat Indonesia yang perduli akan kelangsungan hidup lumba-lumba,” jelasnya.
Keprihatinan Nadine, kakak dari Kakak dari si kembar Marcel Chandrawinata dan Mischa Chandrawinata itu, tak hanya eksploitasi lumba-lumba yang dilakukan sirkus keliling terhadap lumba-lumba. Dia juga mengaku marah setelah melihat pembantaian besar-besaran terhadap hewan mamalia  laut itu. Dia khawatir keamanan dan kenyamanan mamalia laut yang bersahabat dengan manusia itu tidak terjamin karena sering bepergian dari lokasi satu ke lokasi lain. Lain halnya dengan atraksi lumba-lumba yang berada di satu tempat, seperti pertunjukan di taman wisata Ancol, Jakarta.
“Saya melihat langsung. Sirkus lumba-lumba ini cukup gencar. Saat saya main di pantai saya menemukan baby shark (bayi hiu) dengan keadaan sudah mati, sirip hiunya nggak ada. Saya melihat itu sangat marah, siripnya diambil tapi dagingnya nggak dipakai. Hal itu terjadi di pantai Salmona Makasar," ujarnya sambil berharap apa yang dilakukannya bisa mengembalikan lumba-lumba ke habitatnya. O ato

Tidak ada komentar:

Posting Komentar